Putra Terbaik Indonesia Terlibat Dalam Proyek VR
Putra terbaik Indonesia asal Indonesia, Markus Santoso PhD. Pria kelahiran Surabaya saat ini terlibat dalam proyek tentang teknologi “Augmented Reality” (AR) atau realitas bertambah dan “Virtual Reality” (VR) atau realitas maya.
Teknologi VR ini memang mungkin sudah pernah kita ketahui saat melihati Film The Matrix, dimana saat pemeran tokoh utamanya Neo yang diperankan oleh Keanu Reeves masuk kedalam duni Virtual dan teknologi tersebut dikenal dengan nama “Virtual Reality” (VR) atau realitas maya.
Sedangkan, teknologi AR pernah kita lihat saat Tony Stark yang diperankan oleh Robert Downey Jr dalam Film Iron Man. Mereka merancang kostumnya dengan tampilan Hologram.
Saat ini salah satu putra terbaik Indonesia menjabat sebagai asisten Profesor di salah satu universitas ternama yaitu di University of Florida, Amerika Serikat. Selain itu dirinya juga terlibat dalam beberapa proyek mengenai teknologi AR / VR
Dirinya sedang mengikuti program postdoktoral keduanya di Lindsay Virtual Human Lab di salah satu universitas di Kanada, University Od Calgary. Dia sedang mengerjakan implementasi AR untuk ilustrasi anatomi manusia, fisiologi komputasi dan pendidikan kedokteran.
Markus menuturkan bahwa jumlah mahasiswa yang berasal dari kedokteran di University of Calgary saat itu hanya ada 500 mahasiswa sedangkan jumlah meja yang digunakan melakukan penelitian hanya enam meja.
Dengan keadaan tersebut, mahasiswa harus menunggu lama untuk bisa mendapatkan giliran. Saat tiba giliran, muncul perasaan takut karena memang belum memiliki pengetahuan dan pengalaman yang lebih.
Ditemui setelah penutupan Simposium Cendikia Kelas Dunia (SCKD) diJakarta, Markus berkata, “Kalau disekolah kedokteran, mahasiswanya yang sedang mempelajari anatomi ataupun operasi harus menggunakan mayat asli, itu dinamakan Kadaver”
“Kami juga membuat sebuah aplikasi Virtual Kadaver, saat mayat tersebut dibaringkan dimeja atau dibidang apapun maka akan muncul virtual. Mahasiswa biasanya selalu mempelajari dari situ dulu sebelum akhirnya bermain dengan kadaver asli”
Dengan adanya Virtual Kadaver tersebut membuat mahasiswa menjadi efesien dan efektif.
Sedangkan untuk Markus sendiri memiliki sebuah proyek dalam teknologi VR dengan berafiliasi dengan salah satu departemen neurologi kampus, dimana tugasnya untuk menangani pasien yang menderita parkinson dan toraks. Khusus untuk pasien penderita parkinson, biasanya diderita oleh pasien dengan usia lanjut.
Teknologi AR dan VR ini sudah termasuk dalam bagian dari tiga dimensi, dimana yang mengaburkan batasan antara dunia sebenarnya dengan dunia digital atau biasa dikenal dengan dunia simulasi.
Teknologi AR berusaha untuk memperlihatkan visual konten didalam dunia nyata sedangkan untuk Teknologi VE lebih berusaha memasukan real user kedalam lingkungan virtual.